Blasting
Blasting. Ilmu baru buat saya. Ketika disebutkan waktu itu dan yang terbayang adalah mirip-mirip blasting yang sering disebut di perusahaan lama. Grit blasting, sand blasting!
Namun, setelah saya bertanya kembali yang dimaskud blasting, ternyata: rock blasting. Atau peledakan batu yaitu meledakkan batu dengan menggunakan bahan peledak (handak). Bahan berupa amonium nitrat dll atau dalam bentuk dinamit sekalian. Ditanam di dalam batu atau di dalam tanah baru diledakkan. Itulah saya sebut ilmu baru buat saya karena saya tidak pernah "bekerja" di tempat seperti itu. Kegiatan blasting ini atau rock blasting atau peledakan batu ini tidak ditemui di dalam permenaker. Namun anda bisa temui di dalam aturan atau perundangan pertambangan.
Pulau batu itulah istilah saya setelah melihat, mengamati dalam beberapa minggu dan "memutuskan" bahwa pulau Tanjung Balai Karimun (TBK) memang mengandung unsur batu keras baik berumur muda atau berumur (ter)tua. Ada batu yang sangat keras dan berkualitas sangat baik itulah yang disebut batu tua. Ada batu yang berumur muda dan relatif lebih lunak itulah batu muda yang tidak diambil perusahaan pertambangan granit. Ada batu yang memang sulit di-breaker atau dipecah dengan heavy duty breaker equipment maka dari itu ia harus diledakkan. Blasting menggunakan handak. Inilah pengetahuan awam saya tentang batu dari masyarakat tempatan (local society).
Barulah saya menyadari bahwa TBK yang suasana rumah-rumah penduduknya yang dibiarkan dibuat dengan tanpa membuat datar karena tanahnya berisi batu keras. Beda dengan di Batam yang dimana-mana dikeruk-ditimbun. Tanah gunung, tanah bukit dihantam dengan excavator, beckhoe, buldozer, dll untuk timbunan. Biar jadi tanah datar untuk ruko, perumahan, dan perkantoran. Tanah dibawa ke laut untuk reklamasi pantai. Dibuat cantik kayak Coastarina. Tapi di Karimun rumah-rumah penduduk menempati "undak-undak bertingkat terraserring" mirip sawah-sawah petani bertingkat yang terlihat indah jika anda berkendaraan darat menuju pulau dewata. Di bawah rumah, di tingkat atasnya juga rumah. Mungkin dibuat begitu karena kalau mau diratakan sangat sulit. Dulu belum ada alat-alat berat pemecah batu, belum ada handak, belum dikenal blasting atau rock(y) blasting.
Kembali ke soal batu. Tiap hari, tiap jam, tiap menit bahkan tiap detik dalam 24 jam granit kita diangkut ke negara singa. Batu-kita di Karimun sudah dieksplotasi jauh dari nilai ambang batas "kewajaran". Hutan lindung digorok, diledakkan, batunya dihancurkan. Kata orang tempatan bahwa salah satu PT pertambangan granit yang ditutup baru-baru ini sudah menghancurkan batu dengan cara breaker, atau juga dengan cara peledakan dan meninggalkan lubang yang dalam. Kata mereka mungkin lubang itu sudah lebih 100 meter ke dalamannya melebihi ke dalaman permukaan air laut Karimun. Karena semakin digali semakin enak, dengan didapatkannya batu tua yang berkualitas tinggi. Batu yang berumur tua pemberi kocek penambah anggaran pendapatan belanja daerah - APBD setempat.
Di benak hanya bertanya seberapa kemakmuran yang bisa didapat oleh rakyat tempatan. Mungkin mereka diperkerjakan sebagai alasan klise lapangan kerja sebagai kuli bergaji sangat ... sangat rendah yang rawan eploitasi manusia. Mereka ikut dieksploitasi bersamaan diekploitasi alam mereka. Karimun bisa hilang dari permukaan jika penggalian-penggalian untuk mengambil batu tidak terkontrol. Tidak diatur di dalam payung hukum. Bukit dan gunung-gunung batu yang memberi keindahan khas pulau Karimun bisa lenyap memunculkan "gunung" baru berupa bangunan-bangunan bertingkat tinggi dan dataran baru hasil reklamasi pantai dari tanah/pasir dan batu kita di pulau tentangga kita Singapore.
Batu, granit, gravel dalam berbagai ukuran memenuhi tongkang-tongkang pengangkut menuju singapore atau mungkin tempat lain. Mobil dump truck silih berganti memuati batu. Suara hentakan dan dentuman terdengar keras oleh saya yang berada di atas tongkang keruk di tengah laut dekat mereka. Suara dentuman yang memilukan hati saya. Menyamarkan pandangan saya karena tebaran debu-debu dari kegiatan itu. Membuat hati saya menangis. Mata saya basah! Sungguh! Esploitasi alam Karimun yang cantik "ternoda" oleh ulah bejat umat manusia yang tidak ber-peri kebatuan, dengan alasan pembenaran: PEMBANGUNAN, EKONOMI, DEVISA. Sungguh terlalu...alam diperlakukan sekejam itu. Sungguh kejam devisa itu! Tanah, pasir, batu dijual. Demi sin dollar atau demi dollar dosa pada alam. Tidakkah ada cara lain mendapatkan dollar, meraup devisa dengan memelihara batu itu. Membuatnya menjadi cantik. Memperkenalkan gunung Jantan di sana yang berbatu dengan pemandangan yang elok. Tidakkah lebih bermartabat kita di mata alam kalau kita bangun jembatan gantung di udara mengangkut manusia pelancong menikmati batu-batuan khas Karimun? Tidakkah lebih cantik memperkenalkan Karimun dengan batunya yang bermutu bagus dengan gua Jepang yang pernah berlabuh di Karimun. Dan gua itu masih bisa ditengok di pinggiran pantai dekat SKY (Saipem Karimun Yard). Gua yang satu ini sudah bagian dari SKY yang mau dilestarikan - insyallah!
Kata seorang teman tempatan bahwa ada "batu azan". Batu yang berkualitas sangat bagus di salah satu tambang granit. Ketika mau di-breaker, alat breakernya rusak. Ketika mau diledakkan atau di-blastingnya berkali-kali gagal. Mungkin ketika mau dihancurkan dengan cara lain, yang merancang itu jadi jatuh sakit! Ini entah pertanda apa? Entah keramat? Entah kebetulan? Lanjut cerita bahwa kalau malam Jumat atau malam-malam lain sering terdengar kumandang azan di atas batu itu. Bulu kuduk saya merinding! Kalau memang betul itu pertanda yang saya tafsirkan adalah bahwa jangan rusak batu Karimun! Batu itu pemberian Tuhan yang harus dijaga. Jangan dirusak dan dijual tanpa kontrol!
Lagi-lagi blasting. Semasa saya di-induction HSE. Salah satu item yang diberitahukan adalah bahaya peledakan - identified rock blasting hazards. Disebutkan bahwa bahaya peledakan yang sudah di-identified adalah: 1. Flying rocks atau pecahan batu-batu yang dapat beterbangan saat blasing dilakukan yang bisa mencapai radius ratusan meter. 2. Noise atau paparan suara yang keras dari handak yang diledakkan. Bisa membuat telinga jadi rusak sehingga bisikan isteri indah tidak dapat terdengar lagi. Karena itu setiap akan dimulai peledakan, simulasi evakuasi menjadi kewajiban yang wajib dilakukan. Rock Blasting Evacuation Plan harus dipatuhi dan diimplementasikan. Demi keselamatan karyawan, keselamatan kita semua.
Bagi masyarakat tempatan, terlebih khusus bagi pekerja-pekerja tambang granit peledakan atau (rock) blasting sudah menjadi hal biasa. Lebih 30 tahun yang lalu sejak ekploitasi batu Karimun dimulai oleh perusahaan tambang granit - blasitng sudah dianggap "normal activity". Sekedar informasi bahwa salah satu perusahaan yang ahli untuk peledakan PT DHANA sudah tidak asing lagi di mata pekerja tambang di situ.
Memang alam ini kejam. Tapi manusia lebih kejam dari alam. Alam rusak karena eksploitasi manusia. Batu sudah melayang. Devisa dollar sudah habis. Yang tersisa hanyalah lobang. obang bekas galian. Dimana-mana... Karimun pun akan tenggelam. Pelan atau cepat itu jhukum alam yang akibatnya akan dirasakan anak cucu kita. Menjadi beban berantai di pundak anak cucu kita akibat ulah kita sebagai nenek moyangnya.
Bayangkan kemungkinan bisa saja terjadi. Jangan-jangan batu itu akan dibakar dan menggelinding di alam kubur kita dan menghatam ke kita dan sambil berkata rasakan hantamanku di neraka ini yang dulu kau hantam aku di dunia dengan biadab! Jangan-jangan kerikil dalam bentuk gravel/granit yang membara terlempar bagai badai gustav yang lebi kejam dari badai katerina. Jangan-jangan debu-debu membara mengganggu tidur kita di alam baka sebagai balasan kekejaman eksploiatsi kita. Tidak hanya tertimpa para pekerja, para pengelola perusahaan tambang batu tetapi kepada klta. Ya kepada kita karena kita lalai mengingatkan mereka. Karena kita yang bersandang ahli di bidang K3 "tidur" dalam gemerlapnya dan takutnya kita akan kehilangan dollar devisa. Semua akan kena akibatnya. Ibarat berlayar, seorang yang bersalah membuat lubang pada kapal akibatnya akan terkena semua karena berada pada kapal yang tenggelam oleh hanya seorang!
Ya allah ya Tuhan kami, janganlah timpakan hukuman kepada kami karena kitidak-berdayaan kami dalam mengendalikan petambang-petambang granit yang merusak ciptaanMu Ya Tuhanku. Ampunilah aku jika aku keliru, jika aku salah. Jangan siksa aku dengan batu membara yang engkau bakar di alam kubur kami ya Tuhan. Kami hanya mampu menulis seperti ini atas kedaliman kepada alam Karimun yang engkau anugrahi batu. Tetapi tidak untuk diekploitasi sehingga pulau yang cantik akan tenggelam di suatu masa karea ulah petambang granit. Padahal kami baca dalam firmanMu batu ditempatkan sebagai pemberat suatu pulau. Sebagai balancing atas tanahmu yang Engkau anugrahkan pada kami. Air mataku merupakan bentuk keprihatinan atas semua eksploitasi itu. Kami tidak bisa berbuat banyak. Engkaulah Tuhan kami, buatkanlah lebih banyak atau seluruhnya jika perlu batu - batu itu menjadi batu "azan" yang tidak bisa diekploitasi, tidak bisa dipecah, tidak bisa diblasting. Bukakanlah pintu tobat para petambang dan beri mereka kesadaran untuk memikirkan kontrol alam. Sehingga mereka menyadari potensi bahaya tenggelamnya pulau yang Engkau timbulkan di tengah laut. Amiien.
Barangkali doa seperti ini patut dipanjatkan kepadaNya sebelum alam berbalik menjadi lebih, sangat kejam.. PULAU CANTIK DAN INDAH TENGGELAM!
Namun, setelah saya bertanya kembali yang dimaskud blasting, ternyata: rock blasting. Atau peledakan batu yaitu meledakkan batu dengan menggunakan bahan peledak (handak). Bahan berupa amonium nitrat dll atau dalam bentuk dinamit sekalian. Ditanam di dalam batu atau di dalam tanah baru diledakkan. Itulah saya sebut ilmu baru buat saya karena saya tidak pernah "bekerja" di tempat seperti itu. Kegiatan blasting ini atau rock blasting atau peledakan batu ini tidak ditemui di dalam permenaker. Namun anda bisa temui di dalam aturan atau perundangan pertambangan.
Pulau batu itulah istilah saya setelah melihat, mengamati dalam beberapa minggu dan "memutuskan" bahwa pulau Tanjung Balai Karimun (TBK) memang mengandung unsur batu keras baik berumur muda atau berumur (ter)tua. Ada batu yang sangat keras dan berkualitas sangat baik itulah yang disebut batu tua. Ada batu yang berumur muda dan relatif lebih lunak itulah batu muda yang tidak diambil perusahaan pertambangan granit. Ada batu yang memang sulit di-breaker atau dipecah dengan heavy duty breaker equipment maka dari itu ia harus diledakkan. Blasting menggunakan handak. Inilah pengetahuan awam saya tentang batu dari masyarakat tempatan (local society).
Barulah saya menyadari bahwa TBK yang suasana rumah-rumah penduduknya yang dibiarkan dibuat dengan tanpa membuat datar karena tanahnya berisi batu keras. Beda dengan di Batam yang dimana-mana dikeruk-ditimbun. Tanah gunung, tanah bukit dihantam dengan excavator, beckhoe, buldozer, dll untuk timbunan. Biar jadi tanah datar untuk ruko, perumahan, dan perkantoran. Tanah dibawa ke laut untuk reklamasi pantai. Dibuat cantik kayak Coastarina. Tapi di Karimun rumah-rumah penduduk menempati "undak-undak bertingkat terraserring" mirip sawah-sawah petani bertingkat yang terlihat indah jika anda berkendaraan darat menuju pulau dewata. Di bawah rumah, di tingkat atasnya juga rumah. Mungkin dibuat begitu karena kalau mau diratakan sangat sulit. Dulu belum ada alat-alat berat pemecah batu, belum ada handak, belum dikenal blasting atau rock(y) blasting.
Kembali ke soal batu. Tiap hari, tiap jam, tiap menit bahkan tiap detik dalam 24 jam granit kita diangkut ke negara singa. Batu-kita di Karimun sudah dieksplotasi jauh dari nilai ambang batas "kewajaran". Hutan lindung digorok, diledakkan, batunya dihancurkan. Kata orang tempatan bahwa salah satu PT pertambangan granit yang ditutup baru-baru ini sudah menghancurkan batu dengan cara breaker, atau juga dengan cara peledakan dan meninggalkan lubang yang dalam. Kata mereka mungkin lubang itu sudah lebih 100 meter ke dalamannya melebihi ke dalaman permukaan air laut Karimun. Karena semakin digali semakin enak, dengan didapatkannya batu tua yang berkualitas tinggi. Batu yang berumur tua pemberi kocek penambah anggaran pendapatan belanja daerah - APBD setempat.
Di benak hanya bertanya seberapa kemakmuran yang bisa didapat oleh rakyat tempatan. Mungkin mereka diperkerjakan sebagai alasan klise lapangan kerja sebagai kuli bergaji sangat ... sangat rendah yang rawan eploitasi manusia. Mereka ikut dieksploitasi bersamaan diekploitasi alam mereka. Karimun bisa hilang dari permukaan jika penggalian-penggalian untuk mengambil batu tidak terkontrol. Tidak diatur di dalam payung hukum. Bukit dan gunung-gunung batu yang memberi keindahan khas pulau Karimun bisa lenyap memunculkan "gunung" baru berupa bangunan-bangunan bertingkat tinggi dan dataran baru hasil reklamasi pantai dari tanah/pasir dan batu kita di pulau tentangga kita Singapore.
Batu, granit, gravel dalam berbagai ukuran memenuhi tongkang-tongkang pengangkut menuju singapore atau mungkin tempat lain. Mobil dump truck silih berganti memuati batu. Suara hentakan dan dentuman terdengar keras oleh saya yang berada di atas tongkang keruk di tengah laut dekat mereka. Suara dentuman yang memilukan hati saya. Menyamarkan pandangan saya karena tebaran debu-debu dari kegiatan itu. Membuat hati saya menangis. Mata saya basah! Sungguh! Esploitasi alam Karimun yang cantik "ternoda" oleh ulah bejat umat manusia yang tidak ber-peri kebatuan, dengan alasan pembenaran: PEMBANGUNAN, EKONOMI, DEVISA. Sungguh terlalu...alam diperlakukan sekejam itu. Sungguh kejam devisa itu! Tanah, pasir, batu dijual. Demi sin dollar atau demi dollar dosa pada alam. Tidakkah ada cara lain mendapatkan dollar, meraup devisa dengan memelihara batu itu. Membuatnya menjadi cantik. Memperkenalkan gunung Jantan di sana yang berbatu dengan pemandangan yang elok. Tidakkah lebih bermartabat kita di mata alam kalau kita bangun jembatan gantung di udara mengangkut manusia pelancong menikmati batu-batuan khas Karimun? Tidakkah lebih cantik memperkenalkan Karimun dengan batunya yang bermutu bagus dengan gua Jepang yang pernah berlabuh di Karimun. Dan gua itu masih bisa ditengok di pinggiran pantai dekat SKY (Saipem Karimun Yard). Gua yang satu ini sudah bagian dari SKY yang mau dilestarikan - insyallah!
Kata seorang teman tempatan bahwa ada "batu azan". Batu yang berkualitas sangat bagus di salah satu tambang granit. Ketika mau di-breaker, alat breakernya rusak. Ketika mau diledakkan atau di-blastingnya berkali-kali gagal. Mungkin ketika mau dihancurkan dengan cara lain, yang merancang itu jadi jatuh sakit! Ini entah pertanda apa? Entah keramat? Entah kebetulan? Lanjut cerita bahwa kalau malam Jumat atau malam-malam lain sering terdengar kumandang azan di atas batu itu. Bulu kuduk saya merinding! Kalau memang betul itu pertanda yang saya tafsirkan adalah bahwa jangan rusak batu Karimun! Batu itu pemberian Tuhan yang harus dijaga. Jangan dirusak dan dijual tanpa kontrol!
Lagi-lagi blasting. Semasa saya di-induction HSE. Salah satu item yang diberitahukan adalah bahaya peledakan - identified rock blasting hazards. Disebutkan bahwa bahaya peledakan yang sudah di-identified adalah: 1. Flying rocks atau pecahan batu-batu yang dapat beterbangan saat blasing dilakukan yang bisa mencapai radius ratusan meter. 2. Noise atau paparan suara yang keras dari handak yang diledakkan. Bisa membuat telinga jadi rusak sehingga bisikan isteri indah tidak dapat terdengar lagi. Karena itu setiap akan dimulai peledakan, simulasi evakuasi menjadi kewajiban yang wajib dilakukan. Rock Blasting Evacuation Plan harus dipatuhi dan diimplementasikan. Demi keselamatan karyawan, keselamatan kita semua.
Bagi masyarakat tempatan, terlebih khusus bagi pekerja-pekerja tambang granit peledakan atau (rock) blasting sudah menjadi hal biasa. Lebih 30 tahun yang lalu sejak ekploitasi batu Karimun dimulai oleh perusahaan tambang granit - blasitng sudah dianggap "normal activity". Sekedar informasi bahwa salah satu perusahaan yang ahli untuk peledakan PT DHANA sudah tidak asing lagi di mata pekerja tambang di situ.
Memang alam ini kejam. Tapi manusia lebih kejam dari alam. Alam rusak karena eksploitasi manusia. Batu sudah melayang. Devisa dollar sudah habis. Yang tersisa hanyalah lobang. obang bekas galian. Dimana-mana... Karimun pun akan tenggelam. Pelan atau cepat itu jhukum alam yang akibatnya akan dirasakan anak cucu kita. Menjadi beban berantai di pundak anak cucu kita akibat ulah kita sebagai nenek moyangnya.
Bayangkan kemungkinan bisa saja terjadi. Jangan-jangan batu itu akan dibakar dan menggelinding di alam kubur kita dan menghatam ke kita dan sambil berkata rasakan hantamanku di neraka ini yang dulu kau hantam aku di dunia dengan biadab! Jangan-jangan kerikil dalam bentuk gravel/granit yang membara terlempar bagai badai gustav yang lebi kejam dari badai katerina. Jangan-jangan debu-debu membara mengganggu tidur kita di alam baka sebagai balasan kekejaman eksploiatsi kita. Tidak hanya tertimpa para pekerja, para pengelola perusahaan tambang batu tetapi kepada klta. Ya kepada kita karena kita lalai mengingatkan mereka. Karena kita yang bersandang ahli di bidang K3 "tidur" dalam gemerlapnya dan takutnya kita akan kehilangan dollar devisa. Semua akan kena akibatnya. Ibarat berlayar, seorang yang bersalah membuat lubang pada kapal akibatnya akan terkena semua karena berada pada kapal yang tenggelam oleh hanya seorang!
Ya allah ya Tuhan kami, janganlah timpakan hukuman kepada kami karena kitidak-berdayaan kami dalam mengendalikan petambang-petambang granit yang merusak ciptaanMu Ya Tuhanku. Ampunilah aku jika aku keliru, jika aku salah. Jangan siksa aku dengan batu membara yang engkau bakar di alam kubur kami ya Tuhan. Kami hanya mampu menulis seperti ini atas kedaliman kepada alam Karimun yang engkau anugrahi batu. Tetapi tidak untuk diekploitasi sehingga pulau yang cantik akan tenggelam di suatu masa karea ulah petambang granit. Padahal kami baca dalam firmanMu batu ditempatkan sebagai pemberat suatu pulau. Sebagai balancing atas tanahmu yang Engkau anugrahkan pada kami. Air mataku merupakan bentuk keprihatinan atas semua eksploitasi itu. Kami tidak bisa berbuat banyak. Engkaulah Tuhan kami, buatkanlah lebih banyak atau seluruhnya jika perlu batu - batu itu menjadi batu "azan" yang tidak bisa diekploitasi, tidak bisa dipecah, tidak bisa diblasting. Bukakanlah pintu tobat para petambang dan beri mereka kesadaran untuk memikirkan kontrol alam. Sehingga mereka menyadari potensi bahaya tenggelamnya pulau yang Engkau timbulkan di tengah laut. Amiien.
Barangkali doa seperti ini patut dipanjatkan kepadaNya sebelum alam berbalik menjadi lebih, sangat kejam.. PULAU CANTIK DAN INDAH TENGGELAM!
(Prom Asosiasi Ak3 Kepri)
Komentar